Senin, 08 November 2010

BAHAYA ABU VULKANIK TERHADAP KESEHATAN

Abu vulkanik terdiri dari partikel halus batuan vulkanik yang terfragmentasi (kurang dari 2 mm diameter). Apabila masih dekat gunungapi abu vulkanik tersebut masih panas, namun seiring bertambahnya jarak dengan gunungapi, abu tersebut akan bersifat dingin. Abu vulkanik terbentuk selama ledakan gunung berapi, dari longsoran batu panas yang mengalir di sisi gunung berapi, atau dari semprotan lava pijar. Bentuk dan sifat abu vulkanik berbeda‐beda tergantung pada jenis dan bentuk letusan gunung berapi. Warna abu vulkanik dari abu‐abu terang hingga hitam, sedangkan untuk ukuran juga bervariasi mulai dari yang seperti grit hingga sehalus bedak.

Abu vulkanik dapat menghalangi sinar matahari, mengurangi jarak pandang dan terkadang menyebabkan gelap gulita pada siang hari. Letusan juga dapat menimbulkan guntur dan kilat dari gesekan antara partikel yang dapat dilokalisasi berada di atas gunungapi atau seiring dengan pergerakan abu yang diakibatkan oleh angin. Endapan abu dalam jumlah yang besar dapat menyatu dengan tanah dan akhirnya menjadi lapisan tanah atas dari daerah vulkanik. Endapan inilah yang nantinya membuat tanah di sekitar gunungapi menjadi sangat subur. Dampak positif dari abu vulkanik ini kadang menyebabkan dampak negatif dari letusan vulkanik tidak dihiraukan lagi, sehingga di daerah vulkanik yang subur tidak jarang merupakan daerah dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Abu vulkanik yang baru saja jatuh memiliki kandungan lapisan asam yang dapat menyebabkan iritasi pada paru‐paru dan mata. Lapisan asam akan mudah tercuci oleh air hujan, sehingga dapat mencemari persediaan air setempat. Abu asam juga dapat merusak tanaman, hal ini mengakibatkan kegagalan panen.

Secara umum, abu vulkanik menyebabkan masalah kesehatan yang relatif sedikit,namun lebih banyak menghasilkan kecemasan. Orang‐orang dapat menjadi lebih takut terhadap bahaya abu dan gas vulkanik terhadap kesehatan daripada risiko kematian akibat bahaya primer letusan gunungapi seperti aliran piroklastik. Meskipun demikian, hujan abu dapat mempengaruhi wilayah yang sangat luas di sekitar gunung berapi dan dapat menyebabkan gangguan besar untuk hidup normal. Layanan medis dapat memperkirakan bahwa peningkatan jumlah pasien dengan keluhan sakit pernapasan dan mata terjadi pada saat dan setelah peristiwa hujan abu.
Dampak abu vulkanik terhadap kesehatan
Dampak abu vulkanik terhadap kesehatan dapat dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain dampak terhadap pernapasan, penyakit mata, iritasi kulit dan dampak tidak langsung akibat abu vulkanik.
*Dampak terhadap pernapasan
Pada beberapa letusan vulkanik, partikel abu sangat halus sehingga dapat masuk ke paru‐paru ketika kita bernapas. Apabila paparan terhadap abu cukup tinggi, maka orang yang sehatpun akan mengalami kesulitan bernapas disertai batuk dan iritasi. Beberapa tanda‐tanda penyakit pernapasan akut (jangka waktu pendek) akibat abu vulkanik:
‐ Iritasi hidung dan pilek
‐ Iritasi dan sakit tenggorokan, kadang disertai dengan batuk kering
‐ Untuk penderita penyakit pernapasan, abu vulkanik dapat menyebabkan penyakit menjadi serius seperti tanda‐tanda bronkitis akut selama beberapa hari (seperti: batuk kering, produksi dahak berlebih, mengi dan sesak napas)
‐ Iritasi saluran pernapasan bagi penderita asma atau bronkitis; keluhan umum dari penderita asma antara lain sesak nafas, mengi dan batuk
‐ Ketidaknyamanan saat bernapas
Dalam beberapa kasus, paparan jangka panjang terhadap abu vulkanik halus dapat menyebabkan penyakit paru‐paru serius. Dalam hal ini, abu vulkanik harus berukuran sangat halus serta mengandung silika kristal (untuk penyakit silikosis) dan orang‐orang tersebut terkena abu dalam konsentrasi tinggi selama bertahun‐tahun. Paparan terhadap silika kristal dalam abu vulkanik biasanya dalam jangka waktu yang pendek (beberapa hari hingga minggu). Studi juga menunjukkan bahwa batas paparan yang direkomendasikan (sama di beberapa negara) dapat terlampaui untuk jangka waktu yang singkat bagi penduduk secara umum.
Para penderita asma atau masalah paru‐paru lainnya seperti bronkitis dan emfisema, dan gangguan jantung parah adalah mereka yang paling berisiko. Partikel abu yang sangat halus dapat mengiritasi saluran pernapasan dan menyebabkan kontraksi sehingga mempersulit pernapasan, khususnya bagi mereka yang sudah memiliki permasalahan paru‐paru. Abu halus juga menyebabkan lapisan saluran pernapasan menghasilkan lebih banyak sekresi yang dapat membuat orang batuk dan bernapas lebih berat. Penderita asma, khususnya anak‐anak, dapat menderita serangan batuk, sesak dada dan mengi. Beberapa orang yang tidak pernah menderita asma dapat mengalami gejala seperti asma setelah hujan abu, khususnya jika mereka yang terlalu lama melakukan kegiatan di luar ruangan.

Faktor yang mempengaruhi gejala permasalahan pernapasan
Perkembangan gejala permasalahan pernapasan akibat menghirup abu vulkanik tergantung pada sejumlah faktor, antara lain: konsentrasi partikel di udara, proporsi partikel halus dalam abu, frekuensi dan lama pemaparan, kehadiran silika kristal dan gas vulkanik atau aerosol yang tercampur dengan abu, serta kondisi meteorologi. Kondisi awal kesehatan dan penggunaan peralatan pelindung pernafasan juga akan mempengaruhi gejala yang dialami.
Penyakit mata
Iritasi mata merupakan dampak kesehatan umum yang sering dijumpai. Hal ini terjadi karena butiran‐butiran abu yang tajam dapat merusak kornea mata dan membuat mata menjadi merah. Pengguna lensa kontak diharapkan menyadari hal ini dan melepas lensa kontak mereka untuk mencegah terjadinya abrasi kornea. Tanda‐tanda umum antara lain:
a. Merasakan seolah‐olah ada partikel yang masuk ke mata
b. Mata menjadi sakit, perih, gatal atau kemerahan
c. Mengeluarkan air mata dan lengket
d. Kornea lecet atau tergores
e. Mata merah akut atau pembengkakan kantong mata sekitar bola mata karena adanya abu, yang mengarah pada memerahnya mata, mata terbakar dan menjadi sangat sensitif terhadap cahaya.
Iritasi kulit
Meskipun jarang ditemukan, abu vulkanik dapat menyebabkan iritasi kulit untuk sebagian orang, terutama ketika abu vulkanik tersebut bersifat asam. Tanda‐tandanya antara lain:
a. Iritasi dan memerahnya kulit
b. Infeksi sekunder akibat garukan

Dampak tidak langsung akibat abu vulkanik
Selain risiko kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, dampak tidak langsung dari hujan abu besar juga harus dipertimbangkan. Hal ini terutama timbul dari konsekuensi sekunder hujan misalnya:
‐ Dampak terhadap jalan
Berkurangnya jarak pandang akibat abu vulkanik dapat menyebabkan kecelakaan. Bahaya ini diperparah oleh jalan yang ditutupi oleh abu. Tidak hanya marka jalan yang tertutup oeh abu vulkanik, namun jalanan menjadi sangat licin baik oleh abu basah maupun licin. Akibatnya, pasokan bahan kebutuhan dasar masyarakat dapat terhambat.
‐ Dampak terhadap ketersediaan sumberdaya listrik
Hujan abu dapat menyebabkan pemadaman listrik. Hal ini mungkin memiliki implikasi bagi kesehatan karena kurangnya pemanasan atau persyaratan infrastruktur lain yang bergantung pada listrik. Abu basah memiliki sifat yang konduktif, sehingga sangat penting memastikan pembersihan alat‐alat listrik harus diawali dengan memutus aliran listrik sebagai prosedur operasi yang aman.
‐ Dampak terhadap ketersediaan air bersih
Hujan abu dapat mengakibatkan terkontaminasinya air bersih, penyumbatan saluran air, serta kerusakan peralatan penyedia air bersih. Pasokan air terbuka seperti tangki air di rumah‐rumah sangat rentan terhadap hujan abu. Sedikit saja abu yang masuk ke dalam tandon air dapat mengakibatkan permasalahan kelayakan air minum. Meskipun risiko racun rendah, pH dapat dikurangi atau disisi lain klorinasi terhambat. Selama dan setelah hujan abu, ada kemungkinan kekurangan air yang diakibatkan oleh kebutuhan air ekstra untuk bersih‐bersih.
‐ Dampak terhadap sanitasi
Tidak beroperasinya sistem sanitasi dapat menyebabkan peningkatan penyakit di wilayah yang terkena hujan abu.
‐ Resiko atap runtuh
1) Atap bisa runtuh karena beban berat dari abu. Hal ini dapat berakibat menyebabkan orang terluka bahkan meninggal bagi mereka yang tertimpa.
2) Bahaya atap runtuh ketika sedang membersihkan atap dari abu vulkanik akibat tambahan beban berat seseorang di atas atap yang sudah tidak
mampu lagi menahan beban tambahan.
3) Pada beberapa letusan, beberapa orang meninggal setelah jatuh dari atap rumah mereka saat membersihkan abu.
‐ Kesehatan hewan
Jika abu terlapis dalam asam fluorida, abu bisa sangat beracun untuk hewan ternak jika mereka memakan rumput yang tertutup abu dan tanah.

Yang harus dilakukan untuk melindungi diri dari abu vulkanik
a. Kurangi berkendara
Segera setelah hujan abu, meskipun hanya hujan abu ringan, jarak pandang dan kualitas udara dapat secara dramatis terkena dampaknya, khususnya akibat resuspensi abu oleh lalu lintas. Air hujan dapat memperbaiki kualitas udara, namun ini sifatnya hanya sementara sampai abu menjadi kering kembali. Kami rekomendasikan agar Anda tidak berkendara maupun tidak keluar rumah setelah hujan abu. Jika ada harus berkendara, jaga jarak antara kendaraan Anda dengan kendaraan di depan Anda serta berkendaralah pelan‐pelan.
b. Kurangi jumlah abu di dalam rumah
Tutup semua pintu dan jendela selagi memungkinkan.
c. Perlindungan
Untuk kegiatan pembersihan abu vulkanik, haruslah selalu menggunakan masker. Jika masker tidak tersedia, gunakan masker dari kain yang akan menyaring partikel abu yang menyebabkan iritasi tenggorokan dan mata. Basahi kain dengan air akan meningkatkan efektivitas penyaringan abu. Penderita bronkitis, emfisema dan asma dianjurkan untuk tetap berada di dalam ruangan serta menghindari paparan abu.
d. Perlindungan mata
Dalam lingkungan dengan abu vulkanik halus, pakai kacamata atau kacamata korektif daripada lensa kontak untuk melindungi mata dari iritasi.
e. Air minum
Setelah hujan abu ringan, biasanya aman mengkonsumsi air yang terkontaminasi abu vulkanik, namun akan lebih baik jika kita menyaringnya terlebih dahulu sebelum mengkonsumsinya. Meskipun demikian, abu akan meningkatkan kebutuhan klorin untuk mensterilkan air. Hal ini menyebabkan air menjadi tidak layak minum bila dilihat dari aspek mikrobiologis. Abu pada awalnya membuat rasa air menjadi tidak enak dan pada akhirnya membuat air tidak aman untuk dikonsumsi. Cara paling aman adalah dengan mempersiapkan stok air sebelum terjadinya hujan abu.
Persiapkan air minum yang cukup paling tidak untuk satu minggu (satu galon atau 3‐ 4 liter, per orang per hari). Jika Anda bergantung pada air hujan, tutuplah tangki air dan putus saluran pipa sebelum hujan abu turun.
f. Sayuran yang ditanam di rumah
Sayuran yang tertutup abu vulkanik di ladang aman untuk dikonsumsi asal sebelum dikonsumsi sayuran tersebut harus dicuci dengan air bersih.
g. Pembersihan abu
Berilah sedikit air pada abu vulkanik sebelum diangkat menggunakan sekop. Berhatihatilah dalam memberikan air pada abu di atas atap, karena dapat menyebabkan kelebihan beban dan runtuhnya atap. Penyapuan abu vulkanik kering akan menyebabkan abu terbang ke udara, hal ini harus dihindari. Menyemprot abu dengan banyak air juga berpengaruh pada ketersediaan air bersih di daerah yang padat penduduk.

Rika AR ( 08303244021 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar